Bapak...
Bersamaan dengan surat ini aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah memeluk dan menciumku tadi malam. Rasanya aku "menemukan" lagi bapak yang dulu. Bapak yang selalu ada untukku, nememaniku di siang dan malamku
Waktu berjalan begitu cepat ya, Pak. Aku tumbuh dewasa dan mulai memikirkan duniaku sendiri. Begitu juga bapak yang harus bekerja makin giat untuk membiayai kehidupan ibu, aku, kakak, dan adik-adik yang semakin beranjak dewasa. Menurutku, bapak terlalu sibuk bekerja. 24 jam mencari tanpa henti mencari rezeki. Kalau ada waktu luang, bapak menyempatkan diri untuk mengajakku dan adik-adik untuk pergi jalan-jalan. Bapak hampir tak punya waktu untuk diri sendiri, untuk membahagiakan diri sendiri. Jadi aku harap, nanti bapak bisa meluangkan sedikit saja waktu bapak untuk menikmati hidup, menikmati apa yang bapak sukai.
Aku ingin melihat bapak senang, itu saja harapanku. Aku ingin mewujudkan apa saja yang bapak mau. Mungkin menjadi mahasiswi ITB seperti harapan bapak masih berat untuk aku realisasikan. Aku juga tak tahu apakah mimpi bapak melihatku lulus dan jadi sarjana lulusan ITB bisa aku wujudkan atau tidak. Tapi aku selalu mencoba, Pak. Cuma itu yang aku bisa. Berusaha mewujudkan apa yang bapak mau. Semoga di ulang tahun bapak yang kesekian nanti, aku bisa menghadiahkan gelar sarjana yang kubawa dari ITB
Pak, sampai disini saja suratku ya. Aku memang bukan seorang penulis handal, kata-kata dalam suratku ini mungkin tak sebagus tulisan di buku-buku yang biasa bapak baca. Tapi semoga bapak suka ya. Aku menulisnya karena aku sayang bapak, kemarin, sekarang, dan sampai kapanpun.
Dan, selamat hari ayah!!
Salam manis,
puteri kedua bapak