Feb 14, 2014

curhat: kuliah

Kali ini gue akan sedikit bercerita tentang hal sensitive yang selalu menjadi pusat kegalauan gue setiap saat. Bukan, bukan soal cinta-cintaan. Tapi soal KULIAH. Ya,menurut gue  kuliah merupakan salah satu titik terpenting dalam hidup. Gue gak mau melewatkannya dengan percuma atau kurang efektif. Gue bercita-cita kuliah di universitas negeri yang, gak perlu beken, tapi kualitasnya bagus.
Sejak duduk di bangku SD, gue bahkan sudah menentukan universitas mana yang gue impikan untuk menggantungkan cita-cita disana. Ada banyak pilihan universitas, mostly ada di kota Bandung. Gue sebutin yang jadi top 2
Pertama, gue memilih Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan teknik sipil atau teknik arsitektur. Cita-cita gue sejak kecil adalah menjadi arsitek, dengan masuk ITB tentunya cita-cita itu akan semakin dekat. Tapi, mimpi itu terputus sejak orangtua gue bilang kalau arsitek adalah pekerjaan yang tidak menjanjikan di zaman modern seperti ini dan sangat tidak cocok dengan manusia seperti gue yang bertipe pasif (gue gak ngerti apa yang mereka maksud dengan tipe “pasif” dan gue juga gak ngerti apa hubungannya dengan arsitek) jadilah, mimpi itu perlahan gue tinggalkan. Selain karena arsitektur udah gak memungkinkan, ITB juga dihuni oleh manusia-manusia jenius dengan kemampuan otak yang pasti diatas gue. Dan sebenernya, sampai sekarang orang tua gue gak pernah tahu kalau gue sebenernya memang bener-bener pengen masuk ITB, bukan cuma bercanda.
Kedua, gue akhirnya menjatuhkan pilihan pada Universitas Padjajaran (UNPAD) dengan pilihan jurusan hukum atau ekonomi. Ini bisa dibilang banting setir banget. dari arsitektur dan sipil yang berkiblat ke ilmu pasti, gue menggantinya dengan hukum dan ekonomi yang lebih berkiblat ke ilmu sosial. Gue suka IPA, tapi belakangan gue menyadari kalau IPS ternyata seru juga untuk dipelajari. Gue memilih hukum atau ekonomi, karena kedua bidang itu lapangan kerjanya luas. Karena tujuan gue, dan bahkan setiap orang untuk kuliah itu adalah untuk mendapat pekerjaan. Semakin banyak lapangan kerja, semakin terbuka lebar kesempatan gue untuk bisa kerja. Awalnya orangtua gue mendukung niatan gue masuk UNPAD. Dan setelah gue sangat mantap mau masuk UNPAD, orang tua gue tiba-tiba melarang dengan alasan biaya kuliah dan biaya hidupnya yang mahal. Kampret memang, kenapa gak bilang dari awal kalau gak bisa? Tapi, gue akhirnya mengerti maksud mereka. mereka orang tua gue, gue sayang mereka sampai mati dan tujuan utama gue dapet tempat kuliah yang bagus adalah pengen mereka bisa bangga.
Dan ditengah keputus asaan gagal kuliah di UNPAD, bokap gue membuat sebuah tantangan. Kalau gue bisa lulus SNMPTN dan bisa melawan phobia lebay gue terhadap hewan bernama anjing, bokap menjanjikan gue kuliah di UNPAD. Soal biaya, biar beliau yang memikirkan gimana caranya. Waw, semangat gue langsung terbit lagi. Gue percaya bokap gue gak akan ingkar janji. Gue menyanggupi tantangannya.
Sejak saat itu, hari-hari gue dipenuhi dengan perjuangan masuk UNPAD dan sampai hari ini masih berjalan. Tapi kalau boleh jujur, dari lubuk hati yang terdalam, gue masih mengharapkan cita-cita kecil gue untuk dapet gelar sarjana dari arsitektur ITB dan bekerja sebagai arsitek (ya, gue memang labil) ya, bahasa jayusnya sih: hati kecilku masih mengharapkanmu, tapi orangtuaku tak setuju.
Dan, berhubung ini udah mau maghrib dan gue harus ngerjain peer. Jadi  gue harus menyudahi curhatan ini. Terimakasih sudah mau mendengar cerita gue tentang kuliah. Dan semoga di tahun 2015 nanti gue bisa lulus UN dan SNMPTN. Aminn!!

Salam SNMPTN 2015
Dira (calon peserta SNMPTN)


1 comment: