Kali ini gue akan
sedikit bercerita tentang hal sensitive yang selalu menjadi pusat kegalauan gue
setiap saat. Bukan, bukan soal cinta-cintaan. Tapi soal KULIAH. Ya,menurut
gue kuliah merupakan salah satu titik
terpenting dalam hidup. Gue gak mau melewatkannya dengan percuma atau kurang
efektif. Gue bercita-cita kuliah di universitas negeri yang, gak perlu beken,
tapi kualitasnya bagus.
Sejak duduk di bangku
SD, gue bahkan sudah menentukan universitas mana yang gue impikan untuk
menggantungkan cita-cita disana. Ada banyak pilihan universitas, mostly ada di
kota Bandung. Gue sebutin yang jadi top 2
Pertama, gue memilih
Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan teknik sipil atau teknik
arsitektur. Cita-cita gue sejak kecil adalah menjadi arsitek, dengan masuk ITB
tentunya cita-cita itu akan semakin dekat. Tapi, mimpi itu terputus sejak
orangtua gue bilang kalau arsitek adalah pekerjaan yang tidak menjanjikan di
zaman modern seperti ini dan sangat tidak cocok dengan manusia seperti gue yang
bertipe pasif (gue gak ngerti apa yang mereka maksud dengan tipe “pasif” dan
gue juga gak ngerti apa hubungannya dengan arsitek) jadilah, mimpi itu perlahan
gue tinggalkan. Selain karena arsitektur udah gak memungkinkan, ITB juga dihuni
oleh manusia-manusia jenius dengan kemampuan otak yang pasti diatas gue. Dan
sebenernya, sampai sekarang orang tua gue gak pernah tahu kalau gue sebenernya
memang bener-bener pengen masuk ITB, bukan cuma bercanda.
Kedua, gue akhirnya
menjatuhkan pilihan pada Universitas Padjajaran (UNPAD) dengan pilihan jurusan
hukum atau ekonomi. Ini bisa dibilang banting setir banget. dari arsitektur dan
sipil yang berkiblat ke ilmu pasti, gue menggantinya dengan hukum dan ekonomi
yang lebih berkiblat ke ilmu sosial. Gue suka IPA, tapi belakangan gue
menyadari kalau IPS ternyata seru juga untuk dipelajari. Gue memilih hukum atau
ekonomi, karena kedua bidang itu lapangan kerjanya luas. Karena tujuan gue, dan
bahkan setiap orang untuk kuliah itu adalah untuk mendapat pekerjaan. Semakin
banyak lapangan kerja, semakin terbuka lebar kesempatan gue untuk bisa kerja.
Awalnya orangtua gue mendukung niatan gue masuk UNPAD. Dan setelah gue sangat
mantap mau masuk UNPAD, orang tua gue tiba-tiba melarang dengan alasan biaya
kuliah dan biaya hidupnya yang mahal. Kampret memang, kenapa gak bilang dari
awal kalau gak bisa? Tapi, gue akhirnya mengerti maksud mereka. mereka orang
tua gue, gue sayang mereka sampai mati dan tujuan utama gue dapet tempat kuliah
yang bagus adalah pengen mereka bisa bangga.
Dan ditengah keputus
asaan gagal kuliah di UNPAD, bokap gue membuat sebuah tantangan. Kalau gue bisa
lulus SNMPTN dan bisa melawan phobia lebay gue terhadap hewan bernama anjing,
bokap menjanjikan gue kuliah di UNPAD. Soal biaya, biar beliau yang memikirkan
gimana caranya. Waw, semangat gue langsung terbit lagi. Gue percaya bokap gue
gak akan ingkar janji. Gue menyanggupi tantangannya.
Sejak saat itu,
hari-hari gue dipenuhi dengan perjuangan masuk UNPAD dan sampai hari ini masih
berjalan. Tapi kalau boleh jujur, dari lubuk hati yang terdalam, gue masih
mengharapkan cita-cita kecil gue untuk dapet gelar sarjana dari arsitektur ITB
dan bekerja sebagai arsitek (ya, gue memang labil) ya, bahasa jayusnya sih:
hati kecilku masih mengharapkanmu, tapi orangtuaku tak setuju.
Dan, berhubung ini udah
mau maghrib dan gue harus ngerjain peer. Jadi
gue harus menyudahi curhatan ini. Terimakasih sudah mau mendengar cerita
gue tentang kuliah. Dan semoga di tahun 2015 nanti gue bisa
lulus UN dan SNMPTN. Aminn!!
Salam
SNMPTN 2015
Dira (calon peserta SNMPTN)
wah gimana keterima gak nih?
ReplyDelete