Till The Heaven Stops The Rain
Oleh: Ayu Indira Dewayani
Bandung, 9 mei 2013
waktu hujan turun …
di sudut gelap mataku…
begitu derasnya…
kan ku coba bertahan…
(Sheila on 7 – hujan turun)
Di antara kerumunan pengunjung, Afri terlihat masih kebingungan memilah-milih buku. Di antara deretan novel-novel Dee Lestari, Christian Simamora, Winna Efendi, Dhony Dhirgantoro, sampai Raditya Dika, akhirnya dia menemukan buku incarannya. Buku berjudul ‘Refrain’ itu akan dia jadikan kado untuk Anggis, teman kuliahnya yang besok berulang tahun
Buku itu tinggal tersisa satu di rak, Afri segera mengambil buku itu. Di saat bersamaaan, tangannya bersentuhan dengan tangan lainnya yang juga menginginkan buku itu. Tangan dengan kulit yang halus dan bercahaya. jam tangan berwarna coklat muda melingkar di pergelangannya.
“sorry..” kata Afri dan si ‘pemilik tangan’ itu bersamaan. Afri melihat ke arah orang yang ada disebelahnya kini. Seorang gadis cantik dengan rambut panjang sebahu dan senyum yang seteduh senja, dialah yang tangannya bersentuhan dengan Afri tadi.
“lo mau ambil buku ini? Buat lo aja” Afri memberikan buku itu.
“gak papa, buat kamu aja. Kamu kan yang duluan” jawab gadis itu ramah, senyumnya indah
“gak papa, gue juga gak butuh-butuh banget buku ini kok. Ini Cuma buat kado doang. Kayaknya lo lebih butuh buku ini, ya?” Gadis itu akhirnya menerima buku dari tangan Afri sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih
“oh,iya. Afri..” Afri mengulurkan tangannya
“Almira..” gadis yang ternyata bernama Almira itu membalas uluran tangan Afri. “ya udah, aku duluan ya” Afri menjawab dengan senyumannya sedangkan Almira segera berjalan meninggalkan Afri dan menghilang di antara keramaian. Almira… dia cantik. Itu saja kesan yang timbul di pikiran Afri.
Buku untuk kado ulang tahun Anggis sudah Afri dapatkan. Tak sesuai keinginan Anggis memang, karena buku yang Anggis minta sudah Afri berikan pada Almira. Tapi mungkin buku ini tetap bisa membuat Anggis yang seorang ‘book addict’ itu kegirangan. Afri melangkah keluar Gramedia. Benar dugaannya, hujan turun lagi bahkan lebih deras. Saat hujan seperti ini tentu bukan waktu yang bagus untuk pengendara motor sepertinya pulang ke rumah. Jadi dia putuskan untuk menunggu hujan reda di depan sebuah restoran siap saji.
Saat sedang asyik memandangi rintik-rintik hujan, seseorang ikut berdiri di seebelah Afri sambil ikut memandangi rintik hujan.
“Almira?” Afri terlihat kaget. Gadis yang berdiri disampingnya ternyata Almira. Almira yang sama dengan yang dia temui di Gramedia tadi.
“Afri, kan?” Almira menerka-nerka. “lagi nungguin hujan berhenti juga, ya?”
“iya, gue bawa motor. Belum bisa pulang kalau masih hujan kayak gini” jawab Afri. Almira mengangguk pelan, tanda mengerti. Keduanya kembali sibuk dalam aktifitas memandangi rintik hujan lagi. Tak lama, lagu ‘orang ke 3’ milik Hivi! Mengalun lembut dari mulut Almira. Afri seketika terpesona dengan suara lembut Almira.
“suaranya bagus” kata Afri sambil tersenyum ke arah Almira. “pasti pernah jadi penyanyi, ya?”
Dipuji seperti itu, Almira Cuma bisa tersipu malu. “ah, bisa aja nih. Aku sebenernya gak bisa nyanyi, Cuma nyanyi-nyanyi iseng aja”
“suka lagunya hivi! ?”
Almira mengangguk. “banget. Kalau kamu?”
“sama, gue juga suka banget” jawab Afri. Dari sana, obrolan mereka mulai memanjang. Dari musiknya Hivi! dan Maliq & D’Essentials yang easy listening, lagu-lagunya Bruno Mars yang sedang nge-trend di kalangan ABG, buku-bukunya Raditya Dika yang tak akan pernah bosan dibaca sampai puluhan kali, tentang buku 5 cm yang jadi buku favorit mereka sepanjang masa, sampai ngomongin stand up comedy yang sekarang sedang happening. Semua hal bisa jadi topik obrolan mereka. Lucu, bagaimana dua orang yang baru saling mengenal 1 jam yang lalu bisa mengobrol seakrab ini.
Dan tanpa terasa, hujan telah reda. Obrolan mereka harus terhenti, dan masing-masing dari mereka mulai meninggalkan tempat mereka berdiri untuk pulang. Tapi obrolan tadi, begitu membekas di pikiran Afri…
*
Bandung, 10 mei 2013
Kurasa ku tlah jatuh cinta..
Pada pandangan yang pertama..
Sulit bagiku untuk bisa..
Berhenti mengagumi dirinya..
(Ran - pandangan pertama)
“ jadi lo udah falling in love banget sama cewek yang kemarin lo temuin di Gramedia, siapa tadi namanya?” Tanya Anggis sambil memotong red velvet cake yang menjadi kue ulang tahunnya. Afri tadi baru saja bercerita banyak tentang pertemuannya dengan Almira kemarin.
“Almira” Afri membenarkan. “baru kali ini gue ngalamin adegan klasik yang biasa ada di film-film romance. Gue dan dia sama-sama mau ngambil buku yang sama, tangan kita bersentuhan, dan gue langsung jatuh cinta sama dia pada pandangan pertama. Love at first sight gitu”
“itu namanya sih, lo nya kebanyakan nonton drama. Jadi lebay gitu, deh. Terus lo udah sempet ngobrol sama dia?”
“udah, pas lagi nungguin hujan reda. Kita ngobrolin banyak hal, dan gue ngerasa nyambung banget sama dia.” Afri menerawang. Mengingat kejadian siang kemarin.
“Terus lo udah minta nomor telepon atau pin BBnya?”
Afri menepuk jidatnya. “astaga, Gis. Gue lupa gak minta nomor telepon sama pin BBnya. Waduh, gimana gue bisa ketemu dia lagi?”
“lagian lo sih, bisa-bisanya lupa sama yang kayak gitu. hhmm.. gini aja, kita pake metode yang sama kayak di film-film. Nanti malem lo dateng lagi ke Gramedia. Kalau lo ketemu dia lagi, lo sama dia memang bener-bener ditakdirin ketemu. Tapi kalau enggak, ya berarti pertemuan lo sama dia kemarin Cuma ‘kebetulan ketemu’ doang”
“ide lo agak aneh sih, tapi bakal gue coba nanti malem” jawab Afri sambil melahap potongan kue pemberian Anggis.
*
Manusia bisa berencana, tapi Tuhan juga yang menentukan. Malam ini, mama meminta Afri untuk mengantarnya belanja bulanan ke supermarket. Mama, sebagai orang yang paling dihormati dan ‘ditakuti’ di rumah, tentu tak bisa Afri tolak permintaanya. Itu berarti, rencana menunggu Almira di Gramedia malam ini sepenuhnya gagal.Afri masih iseng memainkan beberapa buah jeruk Sunkist, sambil menunggu mama memilah-milih buah untuk persediaan di rumah. Sampai ada suara lembut yang memanggil namanya. “Afri…”
Afri spontan menoleh, dan betapa terkejutnya dia saat tahu bahwa yang memanggil namanya tadi ternyata… Almira.
“Al.. Almira.. kok bisa ada disini?” Tanya Afri dengan gugup
“iya, aku lagi nemenin mama belanja” jawab Almira sambil memperlihatkan keranjang belanjaannya
“sama, gue juga” jawab Afri sambil tetap menatap Almira tanpa berkedip. Tiba-tiba Afri teringat sesuatu. “oh, iya. Sebelum gue lupa lagi, boleh minta nomor telepon lo, nggak?” kata- kata itu meluncur secara spontan dari mulut Afri . Dalam hati, Afri menyesali kata-katanya tadi. Rasanya kurang sopan saat seseorang langsung meminta nomor telepon tanpa basa-basi kepada orang yang baru dikenalnya
Tapi respon Almira justru diluar perkiraan. Almira malah tertawa lembut, tawa yang membahagiakan. “oh.. boleh, boleh. Kirain ada yang serius, ternyata Cuma minta nomor telepon aja”
Afri tersenyum sambil menahan rasa malunya. Dia lalu segera mencatat nomor yang diberikan Almira. Tak lama, Almira pamit duluan karena harus menyusul mamanya. walaupun hanya bertemu sebentar, hari ini ada kemajuan. Afri makin yakin kalau pertemuannya dengan Almira bukan sekedar ‘kebetulan ketemu’. Kalau sekedar kebetulan, mana mungkin diantara kota seluas Bandung ini, Afri dan Almira bisa bertemu di satu tempat yang sama untuk kedua kalinya. Ini pasti jodoh..
*
Bandung, 19 mei 2013Dia..
Seperti apa yang selalu kunantikan, ku impikan..
Dia..
Melihatku apa adanya, seakan ku sempurna..
(Maliq & D’Essentials - Dia )
Hari – hari berikutnya setelah pertemuan Afri dan Almira di super market, berjalan sesuai impian Afri. Almira menjawab setiap SMS yang Afri kirimkan, bahkan tak jarang keduanya saling berteleponan. Mengobrol tentang banyak hal, mulai tentang perkuliahan, tempat makan yang paling enak di Bandung, sampai hal-hal kecil seperti acara TV yang sekarang sedang jadi trend di TV. Tak jarang mereka juga membahas tentang kasus hukum yang biasa ditayangkan di acara berita di TV, karena mereka berdua memang kuliah di jurusan hukum.
Tapi komunikasi dengan perantara rasanya kurang cukup. Hari ini, Afri memberanikan diri untuk mengajak Almira ke sebuah café langganannya yang terletak di daerah Dago. Almira menerima ajakan Afri tersebut. Rencananya jam tujuh malam ini, mereka akan datang ke café .
Afri dan Almira duduk berhadapan diantara segelas mocha float untuk Almira dan secangkir hot cappuccino untuk Afri. Mereka berdua sudah banyak berbagi cerita yang kebanyakan tentang pengalaman pribadi masing-masing. Mengobrol bersama Almira selalu jadi saat yang menyenangkan untuk Afri. Almira selalu memperlihatkan sisi sempurnanya. Dia cerdas, wawasannya luas, kritis, tapi tetap memperlihatkan sisi perempuannya yang lembut, ceria, dan sesekali diiringi tawa. Almira, sudah melengkapi semua yang Afri inginkan dari seorang perempuan
“Mir, lo percaya gak, sama love at first sight?” Afri tiba-tiba ingin menyanyakan hal itu pada Almira.
“cinta pada pandangan pertama? Mungkin aja sih” jawab Almira sambil memainkan sedotan di gelas mocha floatnya
“kenapa?”
“soalnya cinta gak harus punya alasan. Cinta bisa dateng kapan aja. Bahkan walaupun cuma lewat pandangan” jawab Almira. Sedangkan Afri menatap dalam-dalam mata Almira yang sedang berbicara.
“lo pernah ngerasain?” Afri makin menatap mata Almira dalam-dalam
Almira tertawa kecil. “Afri..Afri.. kayaknya semua orang pernah ngerasain yang kayak gitu deh. Masa kamu gak pernah?”
“pernah.. pernah kok.. dan sekarang kayaknya lagi terjadi”
*
Bandung, 20 mei 2013Ku tergila-gila kepadamu..
Ku tlah jatuh hati lebih jauh..
Itu yang ku mau..
Untuk lebih dalam..
( TwentyFirst Night – Tergila)
From: Almira <082114558503>
Ngobrol- ngobrol kemarin masih kurang, nih.
Ke car free day, yuk? Kita ngobrol-ngobrol
lagi. Aku tunggu jam 6 ya disana
Begitu potongan SMS dari Almira untuk Afri. Afri yang baru saja bangun tidur tentu langsung kegirangan saat membaca SMS itu. Setelah membalas SMS itu dengan kalimat singkat ‘ok, aku pasti bisa. Tunggu ya' Afri segera ke kamar mandi untuk mandi pagi dan bersiap-siap. Ini adalah rekor pertama kalinya Afri mau mandi pagi di hari minggu, sebelumnya Afri hampir tak pernah mau mandi pagi di hari minggu. Afri juga rela untuk absen dari kegiatan menonton Doraemon, kartun favoritnya di minggu pagi demi bisa pergi ke arena car free day dengan Almira. Sekarang, dalam hidup Afri semuanya selalu demi Almira.
Afri menuntun sepedanya melintasi jalanan yang ramai dengan orang-orang yang berolahraga dengan bersepeda atau sekedar jogging. Almira ikut berjalan di sebelahnya sambil terus bercerita tentang film favoritnya. Memperhatikan wajah Almira dengan rambut panjangnya yang tertiup dinginnya udara pagi, Afri sepenuhnya menyadari bahwa dia benar- benar jatuh cinta pada gadis disebelahnya ini.
“Mir, makasih banyak ya” kata Afri sambil tersenyum ke arah Almira
Almira keheranan. “makasih? Buat apa?”
“buat semua yang udah kita lewatin selama hampir seminggu ini. Kita jalan bareng, telepon-teleponan, ngobrolin apapun yang kita suka, dan semua hal yang gue lewatin sama lo itu selalu menyenangkan dan berarti buat gue. Makasih ya..”
“aku juga mau bilang makasih sama kamu. Aku selalu nyaman setiap ngobrol sama kamu, padahal sebelumnya aku jarang bisa punya temen yang bisa diajak ngobrol senyambung ini. Makasih ya, Fri” Almira membalas senyuman Afri. Afri cuma bisa mengangguk sambil tersenyum tipis.
*
“gue mau nembak Almira, Gis. Gak ada alesan lagi buat gue gak suka sama dia. Gue nyaman sama dia, dia tipe gue banget, dan kayaknya dia juga ngerespon semua perhatian yang gue kasih. Gue yakin dia juga suka sama gue” kata Afri, bersemangat. Sore ini, dia dan Anggis sedang duduk di teras rumah Anggis. Mengerjakan paper sambil ngobrol-ngobrol santai“lo kan baru kenal sama Almira, Fri. Lo belum terlalu kenal sama dia. Kok udah bisa segitu yakinnya sih?”
“dari tatapan matanya, gue udah yakin kalau gue dan dia memang ditakdirin bersama. Gue belum pernah senyaman ini sama cewek yang baru gue kenal. Gue bener-bener jatuh sama dia”
Anggis menggeleng-gelengkan kepala. “bahasa lo drama banget, sih. Lo jadi alay gini semenjak jatuh cinta sama Almira” Anggis lalu melanjutkan kata-katanya “sekarang terserah lo aja sih, gue percaya lo bisa nentuin yang terbaik buat diri lo sendiri. Kalau menurut lo nembak Almira itu yang terbaik, gue dukung lo. Good luck ya”
“thanks ya, Gis. Lo memang yang paling ngertiin gue” Afri mengacak-ngacak rambut Anggis.
“makasih sih, makasih. Tapi gak usah ngacak rambut gue juga. Jadi berantakan tau, gak!!” Angis mendengus kesal sambil merapikan rambut dengan jari-jarinya. Afri Cuma cengengesan.
*
Namun tiba-tiba kau ada yang punya..
Hati ini terluka..
Sungguh ku kecewa..
Ingin ku berkata..
( Hivi! – orang ke 3)
Almira sekarang sedang tergila-gila dengan sebuah novel berjudul beautiful dream. Afri tahu informasi itu dari ‘kicauan’ Almira di Twitter. Karena itu, sebelum ‘hari penembakan’ besok, Afri berencana membelikan buku itu untuk Almira. Hitung-hitung sebagai hadiah kecil untuk Almira di hari bersejarah besok
Afri melangkah menyusuri Gramedia. Sampai di salah satu rak, dia menemukan novel incarannya tinggal tersisa satu. Afri segera mengambil buku itu. Dan kejadian 20 hari yang lalu terulang kembali. Tangan Afri kembali berebut dengan tangan lain yang menginginkan buku yang sama.
“Almira?” Afri terkejut, tangan itu ternyata tangan Almira
“Afri? Mau beli buku ini juga?” Almira menunjuk novel dengan cover warna pastel dengan ornament bunga yang cantik itu
“tadinya iya sih, tapi sekarang gak jadi” lagi-lagi Afri mengucapkan kata-kata yang bodoh karena gugup.
Almira keheranan. “kok gitu?”
“ gak papa kok. Tadi cuma iseng-iseng aja liat buku itu” Afri menjawab asal. “ ngomong-ngomong, kesini sama siapa?”
Sebelum Almira menjawab. Seorang laki-laki datang menghampiri Almira. Laki-laki yang tampan, tinggi, berkawat gigi, berpenampilan rapi dengan kemeja denim dan sneakers nike biru dongker. Kalau dilihat-lihat, sebenarnya wajah Afri tak kalah tampan dengan lelaki itu.
“udah selesai milih bukunya, sayang?”
Apa ? sayang ?
“Oh, iya. Kenalin, Fri. ini Ilham, pacar aku. Aku tadi kesini sama dia” jawab Almira sambil tersenyum manis, tapi bukan senyum yang membahagiakan Afri. “ sayang, ini Afri. Temen yang sering aku ceritain”
“ Ilham..” kata lelaki yang ternyata pacar Almira itu sambil mengulurkan tangan dan tersenyum ramah.
“ damn.. eh, maksud gue Afri” pikiran Afri sudah mulai tak beraturan. Yang berdiri didepannya dan menjabat tangannya sekarang ini adalah pacarnya Almira. Perempuan yang selama 20 hari terakhir ini selalu jadi pemeran utama dalam mimpi-mimpi indahnya. Sial, kenapa laki-laki ini harus ada di hidup Almira? dan kenapa Almira tak pernah bercerita sedikitpun tentang laki-laki ini?
“oh, iya. Afri, maaf ya kita harus duluan. Gue sama Almira masih ada acara lain. Gak papa kan?” kata Ilham yang langsung manyadarkan Afri yang sedang larutan dalam ‘lamunan patah hati’ nya
“iya. Gak papa. Gak papa kok” Afri mengagguk pelan. Almira dan Ilham pun meninggalkan Afri menuju meja kasir. Sedangkan Afri masih berdiri memantung, seakan masih tak percaya dengan yang baru saja terjadi. Almira, mengenalkan seseorang yang biasa dia panggil ‘sayang’. Lalu, selama ini Almira Cuma anggap Afri sebatas teman? Sungguh kenyataan bodoh yang baru Afri sadari sekarang. Almira Cuma menganggap Afri sebagai teman biasa. Teman biasa, tanpa ada kata tambahan.
Bandung, 31 Juli 2013
Just like the clouds..
My eyes will do the same..
if you walk away..
Everyday it will rain, rain, rain..
( Bruno Mars – it will rain)
Afri duduk sendiri di dalam coffeeshop di PVJ. Memandangi hujan yang hari ini turun dengan derasnya. Afri sebenarnya benci harus terperangkap di coffeeshop ini karena hujan. Karena keadaan seperti ini akan mengingatkannya pada Almira. Afri dan Almira mulai saling mengenal di tempat yang sama, di PVJ. Dan di saat yang sama, saat hujan deras membasahi Bandung.
“ aku kira pertemuan - pertemuan kita bukan hanya sekedar kebetulan. Pertemuan kita di Gramedia, obrolan kita sambil menunggu hujan reda, pertemuan tak sengaja kita di super market, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Aku kira itu semua sudah rencana Tuhan yang ingin melihat kita bersama. Tapi dugaanku salah, kita memang ditakdirkan bertemu, tapi bukan untuk bersama. Kamu ada, tapi bukan untuk kumiliki. Aku kecewa harus menerima kenyataannya, karena rasaku kepadamu sudah terlalu dalam. Tapi aku akan selalu berdoa, semoga kamu selalu mendapat apapun yang mambuat kamu bahagia. apapun, termasuk bahagia bersamanya”
Itu kutipan dari surat yang Afri tulis untuk Almira. Surat yang entah kapan akan berani Afri berikan. Ya, biarlah. Biar Almira tak usah tahu isi surat itu dan isi hati Afri yang sebenarnya. Afri tak mau membebani Almira dengan perasaannya yang tak berbalas. Soal itu, biar Afri saja yang menyimpannya.
Afri melihat ke arah jendela luar. Hujan masih turun dengan derasnya. Selama masih ada hujan, Almira akan selalu muncul dalam ingatannya. Hati Afri hanya bisa berkata “ Almira, I’m gonna love you. Till the heaven stops the rain”
~Tamat~