karena itulah, setiap pulang sekolah, gue memutuskan untuk gak langsung
pulang ke rumah. Gue mampir ke kantor bokap yang letaknya gak jauh dari sekolah.
Karena selain rumah gue jauh dari lapangan tempat olahraga, kantor bokap
letaknya lebih deket sama lapangan walaupun buat kesana harus tetep naik
kendaraan, karena kalau jalan lumayan bikin gempor juga. Which is, gue harus bawa
baju ganti dan bekal makan siang karena gue baru bisa pulang ke rumah setelah
jam olahraga selesai, sekitar jam 6 sore. Rasanya capek banget kalau setiap
hari harus nunggu di kantor bokap, terus sorenya ikut olahraga, dan menjelang
maghrib baru pulang ke rumah. Karena itu gue selalu sebel sama hari selasa
(pelajaran olahraga kelas gue diadain setiap hari selasa) kalau orang bule sana
punya slogan “ I hate Monday” gue juga punya slogan sendiri: “I hate Tuesday”
Gue pernah punya pengalaman menegangkan soal
olahraga. Saat itu udah jam 3 sore, sedangkan guru olahraga menyuruh murid-muridnya
untuk kumpul di lapangan tepat jam setengah 4. Karena masih setengah jam lagi,
bokap gue menyempatkan diri buat keluar kantor sebentar. Handphonenya dia
tinggalin di mejanya. Gue fine-fine aja, sampai waktu terus berjalan. 10 menit,
15 menit, 20 menit, bokap gue belum nongol juga. Gue cari keluar, dia gak ada. Gue
tanyain ke temen kantornya, semuanya gak ada yang tau. Gue telepon, percuma
juga. Kan Handphonenya dia tinggalin di meja. Gue mulai panik. Sebentar lagi jam setengah 4, bokap gue belum
juga dateng. Terus siapa yang nganterin gue kesana? Gue gak mungkin naik motor
sendiri, soalnya gue gak bisa naik motor. Gue juga gak mungkin jalan kaki ke
lapangan, bisa-bisa gue kehabisan tenaga duluan sebelum olahraga.
Gue bukannya mau jadi murid-sok-rajin yang selalu
datang tepat waktu, tapi guru olahraga gue selalu memberlakukan hukuman bagi muridnya
yang telat datang. Hukumannya yaitu keliling lapangan 2 kali lipat lebih banyak
dari murid lain yang tepat waktu. Gue udah cerita kan segimana luasnya lapangan
Renon yang jadi tempat olahraga gue itu? Jadi bayangin deh, gimana nasib
kaki-kaki gue jika hukuman itu terjadi. Jam 3 lebih 27 menit, gue udah pasrah. Mau
telat, telat aja deh. Di tengah kepasrahan gue itu, samar-samar gue mendengar
sebuah lagu yang diputarkan radio kantor. Lagu itu adalah lagu dangdut koplo yang -mungkin- berjudul “buka dikit joss” yang
belakangan ini lagi happening banget di acara sahur sebuah stasiun TV.
“Hey,
kenapa kamu kalau nonton dangdut
Sukanya
bilang ‘buka dikit joss’”
Arrgghh..
kenapa di kondisi kayak gini harus diputer lagu itu sih? Asli, jadi pengen
goyang (loh?)
Dan mungkin lagu itu menjadi backsound kedatangan
bokap gue. Jam 3 lebih 29 menit (gue masih inget banget) saat lagu dangdut itu
masih diputar, bokap gue akhirnya datang juga. Melihat jam yang udah nunjuk ke
arah setengah 4, gue dan bokap langsung ngibrit ke tempat parkir, ambil motor,
dan tancap gas menuju lapangan Renon. Saking ngebutnya, bokap hampir nabrak
berbagai “pernak-pernik jalan”, seperti pembatas jalan, pohon-pohon di pinggir
jalan, sampai mas-mas bermotor matic yang datang dari arah berlawanan (iniapaansih
-__-)
Hal paling absurd yang gue lakuin waktu itu adalah
gue (sempet-sempetnya) mundurin jam tangan gue 15 menit lebih lambat. Ini untuk
alibi. Kalau guru olahraga mau ngehukum gue, gue tinggal tunjukin jam tangan dan
bilang “tapi di jam tangan saya belum jam setengah 4 kok, pak. Mungkin jam
tangan bapak yang kelebihan” itu aja sih yang waktu itu ada di otak gue.
Yak, akhirnya gue sampai juga di lapangan Renon. Sampai
disana, gue malah bingung. Kok sepi? Mana gerombolan geng biru muda (karena
seragam olahraga sekolah gue warna biru muda) ? dan setelah mencari-cari
kesana-kemari, gue baru menemukan mereka. Gue menemukan Cuma ada sekitar 7 murid
yang ada disana. Ternyata temen-temen gue yang lain belum datang, mereka telat
juga. Dan kampretnya, temen-temen yang dateng lebih telat dari gue itu GAK
DIHUKUM. Terus apa gunanya gue dan bokap tadi kebut-kebutan kayak di film fast
and furious? Kalau endingnya, telat pun gak bakal dihukum kayak gini. Tapi akhirnya
gue menyadari kalau tujuan guru olahraga gue ‘menakut-nakuti’ muridnya dengan
hukuman itu adalah supaya muridnya bisa berlatih disiplin. Tapi setelah hari itu,
gue gak pernah telat ikut pelajaran olahraga meskipun gue tau gak bakalan
dihukum. Ini demi memupuk sikap disiplin dalam diri gue. Guru olahraga bener,
kita harus jadi orang yang disiplin. Hidup olahraga!!
Note: gue tetep benci pelajaran olahraga
salam olahraga,
Ayu :)
No comments:
Post a Comment